Wanita Jepang: Pilih Menikah atau Berkarier?
Minna-san Konnichiwa!
Balik lagi nih, kali ini masih akan membahas seputar mengapa wanita Jepang memutuskan untuk tidak
menikah atau menunda pernikahan.
Jadi, seperti yang kita sudah bahas sebelumnya, terlalu mencintai pekerjaan adalah salah satu penyebab terjadinya fenomena Hikonka.
Nah, ini pertanyaannya Minna-san, mengapa wanita Jepang lebih memilih untuk berkarier ketimbang menikah? Penasaran, kan?
Ayo kita simak!
Sejak pendidikan Jepang disetarakan antara pria dan wanita, semakin banyak
orang tua yang menyekolahkan anak perempuannya, Minna-san. Sekarang, wanita Jepang yang telah
menyelesaikan pendidikannya di universitas lebih memilih untuk berkarier, yah.. mengingat biaya hidup di Jepang itu tidak murah ya, Minna-san. Nah, setelah kehidupan kariernya
memuaskan, wanita Jepang tidak langsung berpikir untuk mencari pasangan hidup
karena lebih mementingkan kariernya daripada harus hidup berumah tangga dan
memiliki anak.
![]() | |
|
Yah, karena saat ini sudah banyak wanita yang berpendidikan tinggi, jadi bisa terlihat kalau jaman sekarang wanita juga udah punya pemikiran-pemikirannya sendiri terutama dalam menentukan jalan hidupnya. Seperti hubungan pacaran jaman sekarang aja ya Minna-san, wanita juga mampu untuk menjadi lebih dominan, ya bukan karena laki-laki takut wanita, tetapi sekarang wanita juga dapat memiliki pendapat atau pemikiran yang lebih baik. :D
Tapi Minna-san tau ga sih bahwa ada pandangan budaya tradisional yang melekat di masyarakat Jepang yang disebut Ryosaikenbo yang artinya good wife and wise mother, konsep tentang gambaran seorang wanita ideal di Jepang. Konsep ini mencerminkan pengharapan sosial atas seorang wanita di Jepang yang kelak mampu menjadi istri yang baik bagi suami dan ibu yang bijaksana bagi anak-anaknya. Setelah menikah, wanita dituntut untuk memiliki anak
yang berprestasi sejak kecil hingga dewasa. Jika sang anak memiliki sedikit
kegagalan, maka mereka akan langsung dicap sebagai ibu yang gagal.
Nah, adanya ekspektasi sosial terhadap wanita Jepang untuk menjadi istri yang baik dan ibu yang bijaksana ini membuat wanita dalam masyarakat Jepang memiliki tanggung jawab dan beban yang sangat besar ya, Minna-san.
Karena itu wanita karier di Jepang kini merasa berat jika ia
harus bekerja dan bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga serta mengasuh
anak. Memiliki anak dianggap sebagai beban, Minna-san mengingat biaya untuk mengurus anak sangat mahal, dan membutuhkan investasi dalam
hal pendidikan dan kesehatan yang tidak murah.
Jadi kesimpulannya, Beratnya kehidupan setelah menikah di Jepang membuat
wanita di Jepang memilih untuk tidak menikah karena tidak ingin kehilangan
kebebasan dalam hidupnya, dan sekarang ini, Dengan
pekerjaan yang baik dan pendapatan yang tinggi yang diterima oleh wanita,
akhir-akhir ini telah membuat wanita Jepang menunda pernikahannya bahkan
memilih untuk hidup lajang. Alasan-alasan mereka melajang atau menunda
pernikahannya dapat dilihat ini tabel berikut, Minna-san:
Tabel
diatas menunjukkan berbagai faktor yang menjadi alasan wanita Jepang menunda pernikahannya bahkan
memilih untuk hidup lajang, salah satunya banyak dari antara
mereka yang beralasan bahwa orang dapat memenuhi kebutuhannya tanpa ikatan
nikah (sebesar 24,1%) sebagai cermin tingkat kesuksesan. Adanya pendapatan dan
gaji yang diterima oleh wanita, telah membuat mereka tidak lagi memandang pernikahan sebagai sumber ekonomi.
"Dengan
pekerjaan yang baik dan pendapatan yang tinggi yang diterima oleh wanita,
akhir-akhir ini telah membuat wanita Jepang menunda perkawinannya bahkan
memilih untuk hidup melajang."
(Fujimura-Fanselow, 1995:305)
Nah, Minna-san. Gimana? Ternyata cukup menarik ya kalau kita telusuri lebih lanjut mengenai apa yang menjadi alasan/pandangan wanita Jepang memilih untuk menunda pernikahan atau bahkan tidak menikah.
Tetapi, bagaimana dengan wanita Indonesia? Apakah pandangan wanita Indonesia sama dengan wanita Jepang? atau ternyata ada pandangan yang lain? hmm.. sepertinya menarik untuk dibicarakan lebih dalam.
Penasaran??
HEHE
Semua akan di bahas di konten selanjutnya ya, Minna-san! Stay tune! :)
Cara pemikirannya mungkin agak sedikit berbeda ya sepertinya, di Indonesia terkadang masih ada beberapa yang berpikiran kalau wanita lebih baik menjadi istri dan mengurus urusan rumah tangga
ReplyDeletejadi bisa dikatakan kalau bnyk wanita jepang yg lebih mau memikirkan diri sendiri dan tidak mau repot memikirkan hal lain
ReplyDeleteTentunya makin bertambah umur,makin besar tanggung jawab yang harus dilakukan,justru harusnya kita memiliki pendamping hidup yang bisa menyemangati mereka bekerja dan juga mereka membutuhkan anak,karena anak merupakan salah satu motivasi orang tua dalam mencari nafkahnya.Bisa juga dibilang melahirkan anak sebagai investasi yang berkepanjangan,agar nantinya dimasa pensiun/lansia si orang tua nanti bisa mendapatkan balas budi dari sang anak.balas budi ini bisa berupa kasih sayang dan materialistis.
ReplyDeleteふむふむ、国によってやはり違う考え方してるよね...
ReplyDeleteWaa keren ya! Thank you infonyaa~ menambah pengetahuan bangett����
ReplyDeleteKalau di Indonesia, sih, kayaknya pada mau nikah karena ujungnya biaya diurus suami--pandangan sosialnya begitu, sih, setahu saya. Tetapi sekarang juga udah mulai meningkat wanita yang gak mau nikah, entah karena gak mau terikat hubungan pernikahan yang kesannya bikin gak bebas, gak mau hamil, gak mau punya anak, lebih milih kerja, atau semacamnya. Soal yang di Jepang, baru tahu ada yang namanya ryosaikenbo. Jujur, menurut saya, yang kayak gitu memberatkan banget, sih. Padahal orang tua, 'kan, berdua, gak cuma ibu.
ReplyDeleteTerima kasih informasi, ya. Ditunggu artikel selanjutnya.
Wah miris sekali ini
ReplyDeleteTernyata ada peristiwa seperti ryosaikenbo ini y,mata saya jd terbuka dengan info yg bagus, trims
ReplyDelete“Banyak anak banyak rejeki”
ReplyDelete“The more, the merrier”
Hmmm yaa semua nya akan balik ke individu masing2 lagi about their choices in life
ReplyDeleteNice information :)
ReplyDeletebeda negara beda budayanya
ReplyDelete